Friday 7 August 2015

MAKALAH Ta’rif, Tujuan & Ruang Lingkup Akhlak

MAKALAH
Ta’rif, Tujuan & Ruang Lingkup Akhlak


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah SWT dan sesama makhluk. Tak bisa dipungkiri betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim mengenal akhlak dalam aplikasi kehidupan kita dalam hubungan dengan lingkungan, sesama manusia, bangsa dan negara, hingga hubungan kita dengan Allah SWT.
Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita berakhlak dengan benar sehingga kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan kita secara benar pula. Sebagaimana kenyataan saat ini, bangsa kita yang tercinta ini tengah dilanda persoalan pelik yang sesungguhnya berakarkan terpuruknya akhlak manusia-manusia kita, serta hilangnya dasar-dasar penanaman moral dan etika.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian dan ruang lingkup akhlak?
2. Apakah pengertian dari etika dan moral?
3. Bagaimana hubungan akhlak dengan moral dan etika?
C.    TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Menambah pengetahuan tentang akhlak dan ruang lingkupnya.
b. Menambah pengetahuan tentang etika dan moral.
c. Mampu membedakan antara akhlak dengan etika dan moral.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Dan Ruang Lingkup Akhlak
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah akidah, syari'ah, dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabat mengenai arti Islam, Iman, dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh akidah, syari'ah, dan akhlak. Perkataan ihsan (tersebut di atas) berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.
Di dalam Al-Qur'an terdapat ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan (antara lain pada surat an-Nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat ar-Rahman (55) ayat 60). Baik kebajikan maupun kebaikan erat hubungannya dengan akhlak. Kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab "khuluq", jamaknya "khuluqun", menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, peragai, tingkah laku, atau tabiat. Kata "akhlak" meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang. Kata "akhlak" mengandung persesuaian dengan perkataan "khalqun" yang artinya kejadian serta erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
Dari sinilah asal perumusan pengertian akhlak yang merupakan urgensi yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercamtum dalam Al-Qur'an:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya:"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.S. Al-Qalam: 4).
Demikian juga hadis Nabi SAW, "Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.". (H.R. Ahmad)
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:
1.      ilmu akhlak adalah ilmu yang yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
2.      ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.
Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau negatif, mungkin baik atau buruk. Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti positif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya benar. Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti yang negatif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya salah/buruk. Yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk adalah nilai dan norma agama, dan sebagaimana dikatakan bahwa kebenaran datang dari Allah.
Suatu perbuatan dikatakan sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1.      Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
2.      Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir- pikir terlebih dahulu.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Akhlak dengan takwa merupakan buah pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari'ah. Pentingnya kedudukan akhlak , dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah: "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya." (H.R. Tarmizi).
Dan akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia, disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Suri teladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Qur'an. Butir-butir akhlak yang baik disebut dalam berbagai ayat yang tersebar di dalam Al-Qur'an dan dalam Al-Hadits yang memuat perkataan, tindakan, dan sikap diam Rasulullah selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Ketika 'Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab: "Akhlak Rasulullah ialah Al-Qur'an”.
Umat Islam seharusnya bersyukur karena Allah telah mengutus insan kamil (manusia sempurna) ke dunia ini untuk diteladani. Sayang sekali, Rasulullah yang sesungguhnya wajib menjadi idola kaum muslimin dan muslimat, justru kurang dikenal oleh umat Islam sendiri karena tidak mempelajari sejarah hidup Rasulullah secara sistematis dan benar. Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu, selain akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari'ah. Syari'ah mempunyai lima kategori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, serta mubah atau jaiz. Wajib dan haram, termasuk kategori hukum terutama, sedangkan sunnah, makruh, dan mubah termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak. Sunnah dan makruh tergolong ke dalam kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat sedangkan mubah atau jaiz termasuk dalam kategori akhlak pribadi.
Syariat atau hukum Islam mencakup segala aktifitas, maka ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh Ilmu Tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangkan akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak.
Adapun akhlak terhadap makhluk dibagi atas akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap bukan manusia. Akhlak terhadap manusia dibagi atas akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain. Sedangkan akhlak terhadap bukan manusia dipecah menjadi akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, dan akhlak terhadap benda mati. Berikut adalah sistematika beserta beberapa contohnya:
1.      Akhlak kepada Allah
a.       Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
b.      Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c.       Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong, suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
d.      Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e.       Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2.      Akhlak kepada makhluk
a.       Akhlak terhadap manusia
v  Akhlak kepada diri sendiri
ü  Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketikaditimpa musibah.
ü  Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
ü  Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain

v  Akhlak kepada sesama manusia
ü  Akhlak terpuji ( Mahmudah )
·         Husnuzan ( baik sangka )
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik.
·         Tawaduk ( rendah hati )
·         Tasamu (tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia)
·         Ta’awun (tolong menolong, gotong royong )


ü  Akhlak tercela ( Mazmumah )
·         Hasad ( iri hati, dengki )
·         Dendam
·         Gibah dan Fitnah
·         Namimah ( adu domba )

b.      Akhlak terhadap bukan manusia
v  Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, misalnya terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan.
v  Akhlak terhadap benda mati, misalnya akhlak terhadap tanah, air, udara, dan sebagainya.

Ada begitu banyak manfaat mempunyai akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia demikian ditekekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan. Al-Aqur’an banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman :
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl, 16 : 97).
Ayat tersebut diatas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapat rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia adalah keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat. Selanjutnya banyak di jumpai keterangan tentang datangnya keberuntungan dari akhlak, diantaranya:
1.      Memperkuat dan menyempurnakan agama.
2.      Mempermudah perhitungan amal di akhirat.
3.      Menghilangkan kesulitan.
4.      Selamat hidup di dunia dan akhirat.

B.     Etika,  Moral dan Susila
1.      Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ”ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Akal pikiranlah yang menentukan apakah perbuatan itu baik atau buruk.
2.      Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin "mores" yang merupakan bentuk jamak dari perkataan "mos" yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:
a.       prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
b.      Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
c.       Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.

Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral terbagi menjadi dua yaitu :
a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Moral dan etika juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral dan etik diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral dan etika berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral dan etika merupakan kendali dalam bertingkah laku. Standar moral dan etika ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak, dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, rasa menyesal, dan sebagainya. Adapun apabila moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.
3.      Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
            Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur) misalnya sering diberi gelar sebagai Tuna Susila.
            Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
            Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat

C.    Persamaan dan Perbedaan Antara Akhlak Dengan Etika, Moral, Dan Susila
v  Persamaan
Akhlaq, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan sekaligus orang yang mengerti susila. Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk di sebut orang yang tidak berakhlaq, tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang yang tidak berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat bergantung pada sifat positif atau negative dari suatu perbuatan manusia sebagai makhluk individual dalam komunitas sosialnya.
v  Perbedaan
1)        Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio.
2)        Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
3)        Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau teoritis.
4)        Pada aras aplikatif, etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus, dengan demikian dia disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal juga dengan adab/tatakrama/tatasusila.
5)        Moral berada pada dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang dalam masyarakat.
6)        Etika di pakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
7)        Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai suatu perbuatan.
8)        Akhlaq berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam (termasuk salah satu dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah akhlaq itu sendiri.
9)        Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik dalam tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan local.
10)    Akhlak juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan individual/ komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab encari ilmu, adab pergaulan keluarga dan lain-lain.





















BAB III
KESIMPULAN

Dari seluruh rangkaian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap makhluk.
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Adapun apabila moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.
Susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk
Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna dan membedakan dengan makhluk makhluk yang lain. Etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan berfungsi di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Amin, Ahmad. 1975. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.
2.      Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
3.      http://culturepai.blogspot.com/
4.      http://ibnuummi.blogspot.com/
Mustafa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

No comments:

Post a Comment