MAKALAH
Ta’rif,
Tujuan & Ruang Lingkup Akhlak
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akhlak adalah hal yang terpenting
dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku,
tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya
dengan Allah SWT dan sesama makhluk. Tak bisa dipungkiri betapa pentingnya kita
sebagai seorang muslim mengenal akhlak dalam aplikasi kehidupan kita dalam
hubungan dengan lingkungan, sesama manusia, bangsa dan negara, hingga hubungan
kita dengan Allah SWT.
Persoalan yang kemudian muncul
adalah bagaimana cara kita berakhlak dengan benar sehingga kita dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan kita secara benar pula. Sebagaimana
kenyataan saat ini, bangsa kita yang tercinta ini tengah dilanda persoalan
pelik yang sesungguhnya berakarkan terpuruknya akhlak manusia-manusia kita,
serta hilangnya dasar-dasar penanaman moral dan etika.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu:
1.
Apakah pengertian dan ruang lingkup akhlak?
2.
Apakah pengertian dari etika dan moral?
3.
Bagaimana hubungan akhlak dengan moral dan etika?
C.
TUJUAN
Tujuan
dari penyusunan makalah ini yaitu:
a.
Menambah pengetahuan tentang akhlak dan ruang lingkupnya.
b.
Menambah pengetahuan tentang etika dan moral.
c.
Mampu membedakan antara akhlak dengan etika dan moral.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dan Ruang Lingkup Akhlak
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
komponen utama agama islam adalah akidah, syari'ah, dan akhlak. Penggolongan
itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan
para sahabat mengenai arti Islam, Iman, dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada
Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh akidah, syari'ah,
dan akhlak. Perkataan ihsan (tersebut di atas) berasal dari kata
ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.
Di dalam Al-Qur'an terdapat ihsan yang
artinya berbuat kebajikan atau kebaikan (antara lain pada surat an-Nahl (16)
ayat 90) dan kebaikan (pada surat ar-Rahman (55) ayat 60). Baik kebajikan
maupun kebaikan erat hubungannya dengan akhlak. Kata "akhlak" berasal
dari bahasa Arab "khuluq", jamaknya "khuluqun", menurut
lughat diartikan sebagai budi pekerti, peragai, tingkah laku, atau tabiat. Kata
"akhlak" meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan
batiniah seseorang. Kata "akhlak" mengandung persesuaian dengan
perkataan "khalqun" yang artinya kejadian serta erat hubungannya
dengan Khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
Dari sinilah asal perumusan pengertian
akhlak yang merupakan urgensi yang memungkinkan adanya hubungan baik antara
Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Perkataan ini dipetik
dari kalimat yang tercamtum dalam Al-Qur'an:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya:"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung." (Q.S. Al-Qalam: 4).
Demikian
juga hadis Nabi SAW, "Aku diutus
untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.". (H.R.
Ahmad)
Adapun
pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:
1. ilmu
akhlak adalah ilmu yang yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji
atau tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
2. ilmu
akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang
mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin
menyatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa
dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak
pertimbangan dan pemikiran yang lama. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat
pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan
perbuatan.Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan
yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang
baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan jahat, maka dinamakan akhlak yang
buruk.
Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih
mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak
mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya
melalui tingkah laku yang mungkin positif atau negatif, mungkin baik atau
buruk. Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti positif
adalah segala tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya benar.
Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti yang negatif adalah
segala tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya salah/buruk.
Yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk adalah nilai dan norma
agama, dan sebagaimana dikatakan bahwa kebenaran datang dari Allah.
Suatu
perbuatan dikatakan sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Dilakukan
berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
2. Timbul
dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir- pikir terlebih
dahulu.
Akhlak menempati posisi yang sangat
penting dalam Islam. Akhlak dengan takwa merupakan buah pohon Islam yang
berakar akidah, bercabang dan berdaun syari'ah. Pentingnya kedudukan akhlak ,
dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan)
Rasulullah. Diantaranya adalah: "Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang yang paling baik akhlaknya." (H.R. Tarmizi).
Dan akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan
akhlak manusia, disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari
wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an yang menjadi sumber utama agama
dan ajaran Islam. Suri teladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau
merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Qur'an. Butir-butir akhlak yang
baik disebut dalam berbagai ayat yang tersebar di dalam Al-Qur'an dan dalam
Al-Hadits yang memuat perkataan, tindakan, dan sikap diam Rasulullah selama
kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Ketika 'Aisyah
ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab: "Akhlak Rasulullah ialah
Al-Qur'an”.
Umat Islam seharusnya bersyukur karena
Allah telah mengutus insan kamil (manusia sempurna) ke dunia ini untuk
diteladani. Sayang sekali, Rasulullah yang sesungguhnya wajib menjadi idola
kaum muslimin dan muslimat, justru kurang dikenal oleh umat Islam sendiri
karena tidak mempelajari sejarah hidup Rasulullah secara sistematis dan benar. Akhlak
adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu,
selain akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari'ah. Syari'ah
mempunyai lima kategori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia,
yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, serta mubah atau jaiz. Wajib dan haram,
termasuk kategori hukum terutama, sedangkan sunnah, makruh, dan mubah termasuk
dalam kategori kesusilaan atau akhlak. Sunnah dan makruh tergolong ke dalam
kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat sedangkan mubah atau jaiz
termasuk dalam kategori akhlak pribadi.
Syariat atau hukum Islam mencakup segala
aktifitas, maka ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktifitas
manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak
dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap
makhluk. Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh Ilmu Tasawuf
dan tarikat-tarikat, sedangkan akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu
akhlak.
Adapun akhlak terhadap makhluk dibagi
atas akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap bukan manusia. Akhlak
terhadap manusia dibagi atas akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap
orang lain. Sedangkan akhlak terhadap bukan manusia dipecah menjadi akhlak
terhadap makhluk hidup bukan manusia, dan akhlak terhadap benda mati. Berikut
adalah sistematika beserta beberapa contohnya:
1. Akhlak
kepada Allah
a. Beribadah
kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintah Allah.
b. Berzikir
kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.
c. Berdo’a
kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia,
sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan
do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan
akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas
hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap
muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan
dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong, suatu
perilaku yang tidak disukai Allah.
d. Tawakal
kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk
kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau
hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak
kepada makhluk
a. Akhlak
terhadap manusia
v Akhlak
kepada diri sendiri
ü Sabar,
yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketikaditimpa
musibah.
ü Syukur,
yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
ü Tawaduk,
yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan
dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan
orang lain
v Akhlak
kepada sesama manusia
ü Akhlak
terpuji ( Mahmudah )
·
Husnuzan ( baik sangka
)
Berasal
dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik.
·
Tawaduk ( rendah hati )
·
Tasamu (tenggang rasa,
saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia)
·
Ta’awun (tolong
menolong, gotong royong )
ü Akhlak
tercela ( Mazmumah )
·
Hasad ( iri hati,
dengki )
·
Dendam
·
Gibah dan Fitnah
·
Namimah ( adu domba )
b. Akhlak
terhadap bukan manusia
v Akhlak
terhadap makhluk hidup bukan manusia, misalnya terhadap tumbuh-tumbuhan dan
hewan.
v Akhlak
terhadap benda mati, misalnya akhlak terhadap tanah, air, udara, dan
sebagainya.
Ada begitu banyak manfaat mempunyai
akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia demikian ditekekankan karena disamping
akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan
seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan. Al-Aqur’an banyak
sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman
:
ô`tB @ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @2s ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhsÛ ( óOßg¨YtÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$2 tbqè=yJ÷èt ÇÒÐÈ
Artinya
: “Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl, 16 : 97).
Ayat tersebut diatas dengan jelas
menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak mulia, yang dalam hal ini
beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik,
mendapat rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda
akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat
dari akhlak mulia adalah keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat. Selanjutnya
banyak di jumpai keterangan tentang datangnya keberuntungan dari akhlak,
diantaranya:
1. Memperkuat
dan menyempurnakan agama.
2. Mempermudah
perhitungan amal di akhirat.
3. Menghilangkan
kesulitan.
4. Selamat
hidup di dunia dan akhirat.
B.
Etika,
Moral dan Susila
1. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul
kata), etika berasal dari bahasa yunani, ”ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat
disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran. Akal pikiranlah yang menentukan apakah perbuatan itu baik atau buruk.
2. Moral
Secara kebahasaan perkataan moral
berasal dari ungkapan bahasa latin "mores" yang merupakan bentuk
jamak dari perkataan "mos" yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan
batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar,
salah, baik, buruk, layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Moral
dalam istilah dipahami juga sebagai:
a. prinsip
hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
b. Kemampuan
untuk memahami perbedaan benar dan salah.
c. Ajaran
atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Moral
ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral terbagi
menjadi dua yaitu :
a.
Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b.
Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Moral dan etika juga diartikan sebagai
ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya. Dalam moral dan etik diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan
perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu
dihindari. Moral dan etika berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara
perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral dan etika merupakan
kendali dalam bertingkah laku. Standar moral dan etika ialah standar yang
berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius,
didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi
kepentingan sendiri, tidak memihak, dan pelanggarannya diasosiasikan dengan
perasaan bersalah, malu, rasa menyesal, dan sebagainya. Adapun apabila moral
dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika bersifat
teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.
3. Susila
Susila atau kesusilaan
berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut
berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan
Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata Susila selanjutnya digunakan
untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang
yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang
berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur) misalnya sering diberi gelar
sebagai Tuna Susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula
berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan
kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing,
memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan
norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan
keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman
untuk membimbing orang agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada
nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang
dipandang baik oleh masyarakat
C.
Persamaan
dan Perbedaan Antara Akhlak Dengan Etika, Moral, Dan Susila
v Persamaan
Akhlaq, Etika, Moral ,
dan Susila secara konseptual memiliki makna yang berbeda, namun pada aras
praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-sama berkaitan dengan
nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali berkelakuan baik kita sebut
sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan sekaligus orang yang
mengerti susila. Sebaliknya, orang yang perilakunnya buruk di sebut orang yang
tidak berakhlaq, tidak bermoral, tidak tahu etika atau orang yang tidak
berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam hal ini sangat bergantung pada sifat
positif atau negative dari suatu perbuatan manusia sebagai makhluk individual
dalam komunitas sosialnya.
v Perbedaan
1)
Etika bertolak ukur
pada akal pikiran atau rasio.
2)
Moral tolak ukurnya
adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
3)
Etika bersifat
pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau teoritis.
4)
Pada aras aplikatif,
etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus, dengan demikian dia
disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal juga dengan
adab/tatakrama/tatasusila.
5)
Moral berada pada
dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang dalam
masyarakat.
6)
Etika di pakai untuk
pengkajian system nilai yang ada.
7)
Moral yang di ungkapkan
dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai suatu perbuatan.
8)
Akhlaq berada pada
tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat umum, namun lebih
mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam (termasuk salah satu
dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah akhlaq itu
sendiri.
9)
Susila adalah
prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik dalam tindakan
maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan local.
10) Akhlak
juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan individual/
komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab encari ilmu, adab
pergaulan keluarga dan lain-lain.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
seluruh rangkaian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Akhlak
adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong
perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan
pemikiran yang lama. Ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua
aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis
besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan
akhlak terhadap makhluk.
Etika
adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Moral
adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Adapun apabila
moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika
bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.
Susila
adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang
yang berkelakuan buruk
Akhlak
bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna
dan membedakan dengan makhluk makhluk yang lain. Etika dan moral memiliki
perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah
norma-norma yang berkembang dan berfungsi di masyarakat. Dengan demikian etika
lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep.
Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Etika, moral, susila
dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama
sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman,
damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Amin,
Ahmad. 1975. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.
2. Anwar,
Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
3. http://culturepai.blogspot.com/
4. http://ibnuummi.blogspot.com/
Mustafa. 1999. Akhlak Tasawuf.
Bandung: CV Pustaka Setia.
No comments:
Post a Comment